Image Hosted by ImageShack.us

Iklan

Image Hosted by ImageShack.us

Selasa, 30 Desember 2008

Tangkas Kori Agung (Arya Kanuruhan)


Putra dari Arya Kanuruhan yang kedua adalah Kiyayi Tangkas yang sering pula disebut Pangeran Tangkas. Beliau berlugas ( mendapat tugas ) dari raja sebagai Rakryan Apatih, karena Kiyayi Tangkas sangat bakti kepada Dalem, sehingga Pangeran Tangkas dipergunakan sebagai Rakryan Patih tedeng aling aling raja. Kesetiaan Pangeran Tangkas terhadap raja maka segala perintah raja tidak pernah ditolaknya.

Tersebutlah Pangeran Tangkas diperintahkan oleh Raja untuk memegang tampuk pemerintahan di wilayah Kertalangu oleh karena pemegang wilayah Kertalangu ( keturunan Arya Demung Wangbang) meninggalkan wilayah tersebut karena mereka dikalahkan oleh semut. Untuk mengisi dan mengamankan wilayah Kertalangu ditempatkannyalah Pangeran Tangkas disana.

Di Kertalangu inilah akhimya Pangeran Tangkas tinggal menetap. Pangeran Tangkas, beliau mempunyai seorang putra, yang bemama Kiyayi Tangkas Dimade. Karena dimanjakan akibatnya Tangkas Dimade akhimya buta mengenai huruf sandi.

Pada suatu hari ada seorang yang dianggap salah oleh raja dan menurut sesana ( hukum ) orang ini harus dihukum mati. Orang yang salah ini diutus oleh raja ( Dalem ) untuk membawa surat ke Badung ( Kertalangu ). Adapun isi surat ini adalah

pa - pa - nin - nga - tu - sc - li - ba - nc - te -tih.

Dalam tulisan rahasia tersebut diatas, Dalem bermaksud membunuh orang yang membawa surat ini, akan tetapi setelah Sang membawa surat tiba di Kertalangu, maka Pangeran Tangkas saat ini tidak berada di rumah, karena beliau pergi ke tegalan mencari burung, oleh sebab itulah anaknya didekati oleh utusan tersebut, dan Tangkas Dimade yang sedang bekerja di sawah lalu diberikan surat tersebut karena Tangkas Dimade tidak bisa membaca hurup sandi maka surat yang diberikan oleh utusan tersebut diterima dcmikian saja. Setelah surat tersebut diterima maka utusan tersebut pergi dengan cepat. Pada saat ayahnya tiba di rumah maka ayahnya didekatinya serta diaturkan surat tersebut kepada ayahnya dan dengan segera surat tersebut di baca isinya, berkatalah ayahnya kepada putranya Tangkas Dimade. ; ” Anakku Tangkas, apakah dosa yang kamu buat terhadap Dalem ? karena isi surat ini menyebutkan bahwa ayah membunuh bagi ia yang membawa surat ini. Siapakah yang membawa surat ini ‘ Apakah dosamu terhadap Dalem ?, dan bingunglah ayahnya berpikir - pikir mengenai hal tersebut. Berkatalah putra beliau : ” Ya ayahku sama sekali saya tidak merasa din bersalah terhadap Dalem, sedikitpun saya tidak merasakannya, bersalah terhadap beliau sesungsungan kita.

Mendengar ucapan putranya itu menangislah ayahnya, sambil menasehati anaknya ” Jika demikian halnya, tetapkanlah pendirianmu sebagai tanda bakti pada raja ( Dalem ), bila kamu benar, hai ini merupakan jalan utama yang ditunjukkan kepadamu untuk menuju ke jalan sorga Banyak lagi nasehat - nasehat yang diberikan kepada anaknya dalam rangka menghadapi kematian itu. Sehingga hati anaknya mempunyai keikhlasan untuk siap mati dibunuh oleh ayahnya.Tak beberapa lama tersebarlah berita di seluruh wilayah Kertalangu bahwa Tangkas Dimade akan dibunuh oleh ayahnda. Sehingga banyaklah warga desa Kertalangu datang berianya mengenai hal ikhwal terjadinya musibah tersebut. Sebelum anaknya dibunuh maka disuruhlah Tangkas Dimade melakukan persembahyangan, setelah itu dilaksanakannyalah Upacara mejaya - jaya dengan diberikan puja oleh Pendeta Ciwa dan Buddha.

Setelah selesai upacara mejaya - jaya maka diantarlah putranya menuju setra tempat pembunuhan, di dalam perjalanan menuju ke setra, Tangkas Dimade diiringi oleh isak tangis sepanjang jalan, karena Tangkas Dimade sangat sopan dalam pergaulan, dan masih jejaka, dan sedang senangnya hidup.

Setelah tiba di kuburan, disuruhlah Tangkas Dimade melakukan persembahyang tempat pembakaran jenasah, untuk memohon tempat yang layak bagi dirinya kepada Sanghyang Dharma. Setelah selesai melakukan persembahyangan, maka ayah Pangeran Tangkas mengambil keris lalu menusuk putranya yang tercinta, hanya satu kali tusukan, robohlah Tangkas Dimade pada saat itu juga.

Diceritrakan kembali orang yang membawa surat tersebut kini telah tiba diistana Dalem di Gelgel, lalu menghaturkan sembah kepada raja dengan mengatakan : Maafkan hamba ratu Dalem, bahwa segala perintah yang tuanku berikan kepada hamba, hamba telah laksanakan dan kini hamba telah kembali dengan selamat.

Melihat kejadian ini maka terkejutlah Dalem (raja ) dan beliau berkata

-Hai kamu utusanku, apa sebabnya kamu cepat kembali ?

-Siapakah yang kamu berikan surat perintahku itu ?

Katakanlah dengan cepat !

Bersembah sujudlah utusan tersebut, lalu berkata : Maafkan hamba tuanku, surat perintah tuanku telah hamba berikan kepada putra dari Ki Pangeran Tangkas, akan tetapi surat tersebut hamba haturkan saat putra beliau berada di tengah sawah. Oleh sebab Pangeran Tangkas beliau tidak ada di rumah, dan setelah itu hamba balik kembali ke istana, itulah sebabnya hamba dengan cepat tiba kembali.

Mendengar uraian yang disampaikan itu maka sangat terkejutlah sang raja dan segera mengutus seorang utusan untuk lari dengan cepat ke Kertalangu (Badung) untuk mencegah pembunuhan yang dilakukan oleh Pangeran Tangkas, walaupun bagaimana cepatnya utusan menunggang kuda, akan tetapi kecepatan ini sudah terlambat dimana utusan ini telah melihat sendiri mayat putra Pangeran Tangkas telah terbunuh. Terccnganglah utusan raja karena terlambat clan segera kembali ke Gelgel. lalu melaporkan hal ini kepada Sang raja, setelah menenma laporan beliau menjadi dian, dan berkata dalam hati beliau ” Oh Tangkas engkau bunuh puteramu sendiri- yang tidak ada bersalah sama sekali karena baktimu kepadaku“.

Tersebutlah Pangeran Tangkas sekarang telah di tinggalkan mati olch putra ueiiau, beliau lama tidak mau menghadap kepada Dalem karena sedih hati beliau, waiaupun Dalem telah berkali-kali memanggil beliau untuk menghadap, akan tetapi perintah Dalem tidak diperhatikan.

Melihat hal semacam ini berpikir-pikirlah Dalem dan akhimya diutuslah seorang utusan untuk menghadap kepada Pangeran Tangkas di Kertalangu ( Badung ), untuk meminta dengan sangat agar Pangeran Tangkas datang untuk menghadap raja. Pada saat inilah pertama kali Pangeran Tangkas datang ke Puri Gelgel. Pada saat tibanya Pangeran Tangkas di istana Gelgel, raja sedang mengadakan rapat dengan para Maha Menteri, Patih, dan lain - lainnya. Melihat Pangeran Tangkas datang maka raja meninggalkan rapat, lalu menerima kedatangan Pangeran Tangkas, serta dengan cepat raja berkata : Mariiah engkau dekat padaku Tangkas IBerdatang sembahlah Tangkas, Maafkan hamba orang yang hina dina ini duduk di bawah Tuanku ! Mendengar ucapan Pangeran Tangkas ini dengan nada sedih, berkatalah kembali Sang Raja : ” Hai kamu Kiyayi Tangkas, bangunlah kamu, dan janganlah kamu duduk di bawah, mariiah engkau dekat denganku !. Karena perintah raja yang tegas ini maka bangunlah Pangeran Tangkas dari tempat duduknya terbawah, dan berdatang sembah mendekati raja.

Dengan mendekatnya Pangeran Tangkas kepada raja, maka mulailah raja berkata kembali kepada Pangeran Tangkas, dengan lembut, dan kata beliau ( raja ) sebagaiberikut:

” Hai Kiyayi Tangkas, aku ingin bertanya kepadamu, apakah yang menyebabkan kamu lama tidak menghadap kepada rajamu 7Apakah hai (ersebut disebabkan karena anakmu yang mati yang disebabkan perintahku yang kurang tegas itu padamu ? Mendengar pertanyaan raja ini, menyautlah Pangeran Tangkas : ” Maafkanlah hamba tuanku, hamba lakukan itu semua karena bakti hamba kepada sungsungan hamba yaitu Tuarvku sendiri “. Mendengar ucapan. Pangeran Tangkas itu terketuk hati Sang raja, karena mengenang bahwa keturunan itu adalah yang amat penting dalam ajaran agama , karena itulah beiiau berpikir - pikir lalu bersabda:

Hai kamu Pangeran Tangkas, janganlah karena kejadian tersebut engkau menjadi sedih, karena hal tersebut sudah berlalu, dan tidak akan bisa kembali lagi, lupakanlah itu semua! Akan telapi untuk meneruskan keturunanmu itu agar Tangkas jangan menjadi lenyap, maka kini aku akan memberikan kepadamu seorang istriku yang sedang hamil, dan umur kandungannya baru 2 ( dua ) bulan, istriku inilah engkau harus ambil, untuk meneruskan keturunanmu. sehingga keturunan Tangkas tidak putus akan tetapi ada yang ku minta kepadamu adalah:

Janganlah kamu menghilangkan (anyapuh) persanggamaan yang telah dilakukan olehku sendiri !

Apabila anak itu telah lahir kemudian, maka anak tersebut kamu beri nama

dan panggil dengan nama Ki Pangeran Tangkas Kori Agung

Dari hal tersebut di atas maka Tangkas ialu berkata : Maafkanlah hamba Tuanku Dewa Bhatara, apabila hamba mengambil istri Tuanku, maka hamba akan terkutuk. sehingga hamba kena itulah ” dan hamba disebut langgana oieh seluruh jagat.

Kemudian berkatalah Sang raja kembali’: ” Hai kamu Tangkas janganlah kamu berpikir demikian, ini adalah perintahku dan engkau hanya melaksanakan “

Karena hal ini merupakan perintah Sang raja, maka istri raja, kemudian diambii oleh Tangkas, lalu di bawa ke Badung, dan sampai di Badung, maka diadakannya suatu upacara perkawinan yang sangat besar, dengan mengundang banyak keluarga

Setelah upacara selesai maka lama kelamaan lahirlah seorang putra laki yang sangat tampan dan gagah perkasa yang diberi nama PANGERAN TANGKAS KORI AGUNG . Oleh karena itu gembiralah wilayah Kertalangu kembali.

Di dalam beberapa sumber menyebutkan bahwa istri raja yang dianugrahkan, kepada Kiyayi Tangkas pada masa mudanya bernama Ni Luh Kayu Mas, yang berasal dari keluarga Bendesa Mas. Lahirlah putra raja yang bemama Pangeran Tangkas Kori Agung di tengah - tengah keluarga Tangkas, maka secara biologis beliau adalah putra raja atau putra dalem. Akan tetapi secara adat, beliau adalah pewaris langsung dari keluarga Tangkas. Setelah Pangeran Tangkas Kori Agung menjadi remaja putra dan beliau sering datang dan menghadap Dalem di Gelgel. Melihat hal ini akbimya Sang raja meminta kepada Pangeran Tangkas Kori Agung, untuk kawin dan mengawini putri dari keturunan Arya Kepasekan, dengan tujuan agar kesatuan rakyat Bali dan keturunan dan Jawa tetap terpelihara, oieh karena Patih Arya Kepasekan adalah patih Bali yang merupakan keturunan langsung dari Arya Kepasekan yang pernah datang ke Mojopahit untuk menghadap kepada Patih Gajah Mada, bersama dengan pembesar Bali lainnya, seperti: Arya Pasek dan Patih Ulung untuk penobatan raja Bali, demi amannya Bali, dari pembrontakan - pembrontakan orang yang tidak puas terhadap Mojopahit. Berkat usaha dari ketiga Maha Patih Bali inilah akhimya Dalem Sri Kresna Kepakisan diorbitkan untuk menjadi raja di Bali, oleh Patih Gajah Mada. Untuk mengenang jasa leluhur dari Arya Kepasekan ini maka diharuskannyalah Pangeran Tangkas Kori Agung, kawin dengan putrinya. Perkawinan antara Pangeran Tangkas Kori Agung dengan Putri Arya Kepasekan, lahirlah seorang putri yang bernama Gusti Ayu Tangkas Kori Agung

Unluk melanjutkan keturunan dan Pangeran Tangkas Kori Agung dan mempererat hubungan dengan Pasek Gelgel. karena Pasek Gelgel berada di Gelgel yang merupakan pusat ibu kota kerajaan Gelgel dan Puri juga berada di Gelgel. Untuk itu demi amannya Puri dikawinkannyalah Gusti Ayu Tangkas Kori Agung dengan Gusti Agung Pasek Gelgel.

Menurut Babad Pasek yang diterjemahkan olch I Gusti Bagus Sugriwa, penerbit Toko Buku Balimas, tahun 1982, halaman 82, maka dijelaskanlah status perkawinan ini sebagai berikut

Hai anakku Gusti Agung Pasok Gelqel, karena engkau suka kepadaku, kini bapak menyerahkan diri kepadamu, oleh karena bapak tidak mempunyai keturunan layi (tidak beranak laki - laki) kini ada seorang anakku perempuan, saudara sepupu olehmu, apabila kamu suka, bapakberilah kepadamu, Gusti Ayu. Danlagi ada harta benda bapak, yaitu isi rumah tangga serba sedikit, pelayan 200 orang, semuanya itu anakku menguasainya. Pendeknya engkau menjadi anak angkatku. Kemudian bapak pulang ke alam baka, supaya anakku menyelesaikan jenazahku. Yang penting permintaanku ialah agar kamu melakukan upacara sebagai Bapak kandungmu sendiri, Dan peringatanku kepadamu, oleh karena dahulu ada permintaan Pangeran Mas kepada leluhur kita yaitu supaya jangan putus turunan - turunan kita dengan sebutan Bendesa; Sebab supaya mudah oleh beliau kelak mengingati turunan - turunan beliau bila ada lahir dan beliau. Kini oleh karena bapak memang berasal dari sana, sebab itu bapak minta kepadamu bila kemudian ada anugrah Tuhan kepadamu terutama kepada bapak, ada anakmu lahir dari sepupumu Ni Luh Tangkas, supaya ada juga yang memakai sebutan Bcndesa Tangkas itu sampai kemudian supaya mudah leluhur kita mengingati turunan turunannya nanti di Sorga. ” ( Babad Pasek oleh 1 Gusti Bagus Sugriwa, Halaman 82, Tahun; 1982 ).

Demikianlah kata - kata yang dikeluarkan oleh Pangeran Tangkas Kori Agung, lalu Ki Gusti Pasek Geigel berunding dengan saudara - saudara sepupu dan mindonnya, akhimya diserujui oleh semuo saudara - saudara Pasek, sehingga akhimya terjadilah perkawinan sesuai dengan permintaan Pangeran Tangkas Kori Agung.

Jadi status perkawinan ini adalah I Gusti Pasek Gelgel selaku sentana yang kawin dengan I Gusti Ayu Tangkas Kori Agung, diupacarai sangat meriah, di rumah Tangkas Kon Agung, yang Juga hadir dalam perjamuan itu semua keluarga 1 Gusti Pasek Geigel, di samping tamu yang lainnya. Dari Perkawinan antara Gusti Ayu Tangkas Kori Agung dengan Gusti Pasek Gelgel, maka dikaruniai 4 ( empat ) orang putra dengan nama yaitu:

  1. Anak yang pertama bernama Pangeran Tangkas Kori Agung.
  2. Anak kedua Bendesa Tangkas.
  3. Anak ketiga Pasek Tangkas.
  4. Anak ke empat, Pasek Bendesa Tangkas Kori Agung.

Demikianlah keturunan Tangkas, yang melanjutkan keluarga Tangkas seterusnya.

Karena keluarga Tangkas terus berkembang dan sangat erat hubungannya dengnn raja dan masyarakat. Maka keluarga Tangkas mendapat tugas - tugas dari raja sebagai berikut:

  1. Tangkas Kori Agung adalah pengawal terdepan dari raja lebih - lebih
  2. Bendesa Tangkas yang merupakan pengawal setia dari raja Dalem Bekung dan ikut berperang melawan Kryan Batan jeruk, yang berontak sehingga Dalem terkepung, dimana Tangkas sebagai pengawal raja terdepan, dengan susah payah berperang dengan pasukan Batan Jeruk,yang akhirnya pemberontakan Batan Jeruk dapat dipadamkan, dan Batan Jeruk meninggal di Bunutan.
  3. Karena jasanya sebagai pengawal terdepan dari raja maka Tangkas diberikan tanda jasa oleh raja berupa:

a.Tangkas tidak boleh dihukum mati.

b.Tidak boleh dirampas artha bendanya.

c.Bila Tangkas harus dihukum mati, maka hukuman mati dapat dilakukan dengan    hukuman buangan selama satu bulan.

d.Bebas pajak.

e.Bila Tangkas harus kena denda lainnya, harus dihapuskan. Jasmat kataku, bila hakim    berani melanggar, semoga terkutuk oleh Tuhan.

f.Melakukan upacara yang ada di Besakih.

Kamis, 25 Desember 2008

Kerajaan Buleleng

Kerajaan Buleleng adalah suatu kerajaan di Bali yang didirikan sekitar pertengahan abad ke-17 dan jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1849. Kerajaan ini dibangun oleh I Gusti Anglurah Panji Sakti dari Wangsa Kepakisan dengan cara menyatukan seluruh wilayah wilayah Bali Utara yang sebelumnya dikenal dengan nama Den Bukit.

I Gusti Anglurah Panji Sakti

I Gusti Anglurah Panji Sakti, yang sewaktu kecil bernama I Gusti Gde Pasekan adalah putra I Gusti Ngurah Jelantik dari seorang selir bernama Si Luh Pasek Gobleg berasal dari Desa Panji wilayah Den Bukit. I Gusti Panji memiliki kekuatan supra natural dari lahir. I Gusti Ngurah Jelantik merasa khawatir kalau I Gusti Ngurah Panji kelak akan menyisihkan putra mahkota. Dengan cara halus I Gusti Ngurah Panji yang masih berusia 12 tahun disingkirkan ke Den Bukit, ke desa asal ibunya, Desa Panji.

I Gusti Ngurah Panji menguasai wilayah Den Bukit dan menjadikannya Kerajaan Buleleng, yang kekuasaannya pernah meluas sampai ke ujung timur pulau Jawa (Blambangan). Setelah I Gusti Ngurah Panji Sakti wafat pada tahun 1704, Kerajaan Buleleng mulai goyah karena putra-putranya punya pikiran yang saling berbeda.

Sejarah

Kerajaan Buleleng tahun 1732 dikuasai Kerajaan Mengwi namun kembali merdeka pada tahun 1752. Selanjutnya jatuh ke dalam kekuasaan raja Karangasem 1780. Raja Karangasem, I Gusti Gde Karang membangun istana dengan nama Puri Singaraja. Raja berikutnya adalah putranya bernama I Gusti Paang Canang yang berkuasa sampai 1821.

Perlawanan terhadap Belanda

Pada tahun 1846 Buleleng diserang pasukan Belanda, tetapi mendapat perlawanan sengit pihak rakyat Buleleng yang dipimpin oleh Patih / Panglima Perang I Gusti Ketut Jelantik. Pada tahun 1848 Buleleng kembali mendapat serangan pasukan angkatan laut Belanda di Benteng Jagaraga. Pada serangan ketiga, tahun 1849 Belanda dapat menghancurkan benteng Jagaraga dan akhirnya Buleleng dapat dikalahkan Belanda. Sejak itu Buleleng dikuasai oleh pemerintah kolonial Belanda.

Masuknya Agama Hindu

Berakhirnya zaman prasejarah di Indonesia ditandai dengan datangnya bangsa dan pengaruh Hindu. Pada abad-abad pertama Masehi sampai dengan lebih kurang tahun 1500, yakni dengan lenyapnya kerajaan Majapahit merupakan masa-masa pengaruh Hindu. Dengan adanya pengaruh-pengaruh dari India itu berakhirlah zaman prasejarah Indonesia karena didapatkannya keterangan tertulis yang memasukkan bangsa Indonesia ke dalam zaman sejarah. Berdasarkan keterangan-keterangan yang ditemukan pada prasasti abad ke-8 Masehi dapatlah dikatakan bahwa periode sejarah Bali Kuno meliputi kurun waktu antara abad ke-8 Masehi sampai dengan abad ke-14 Masehi dengan datangnya ekspedisi Mahapatih Gajah Mada dari Majapahit yang dapat mengalahkan Bali. Nama Balidwipa tidaklah merupakan nama baru, namun telah ada sejak zaman dahulu. Hal ini dapat diketahui dari beberapa prasasti, di antaranya dari prasasti Blanjong yang dikeluarkan oleh Sri Kesari Warmadewa pada tahun 913 Masehi yang menyebutkan kata "Walidwipa". Demikian pula dari prasasti-prasasti Raja Jayapangus, seperti prasasti Buwahan D dan prasasti Cempaga A yang berangka tahun 1181 Masehi.

Di antara raja-raja Bali, yang banyak meninggalkan keterangan tertulis yang juga menyinggung gambaran tentang susunan pemerintahan pada masa itu adalah Udayana, Jayapangus , Jayasakti, dan Anak Wungsu. Dalam mengendalikan pemerintahan, raja dibantu oleh suatu Badan Penasihat Pusat. Dalam prasasti tertua 882 Masehi–-914 Masehi badan ini disebut dengan istilah "panglapuan". Sejak zaman Udayana, Badan Penasihat Pusat disebut dengan istilah "pakiran-kiran i jro makabaihan". Badan ini beranggotakan beberapa orang senapati dan pendeta Siwa dan Budha.

Di dalam prasasti-prasasti sebelum Raja Anak Wungsu disebut-sebut beberapa jenis seni yang ada pada waktu itu. Akan tetapi, baru pada zaman Raja Anak Wungsu, kita dapat membedakan jenis seni menjadi dua kelompok yang besar, yaitu seni keraton dan seni rakyat. Tentu saja istilah seni keraton ini tidak berarti bahwa seni itu tertutup sama sekali bagi rakyat. Kadang-kadang seni ini dipertunjukkan kepada masyarakat di desa-desa atau dengan kata lain seni keraton ini bukanlah monopoli raja-raja.

Dalam bidang agama, pengaruh zaman prasejarah, terutama dari zaman megalitikum masih terasa kuat. Kepercayaan pada zaman itu dititikberatkan kepada pemujaan roh nenek moyang yang disimboliskan dalam wujud bangunan pemujaan yang disebut teras piramid atau bangunan berundak-undak. Kadang-kadang di atas bangunan ditempatkan menhir, yaitu tiang batu monolit sebagai simbol roh nenek moyang mereka. Pada zaman Hindu hal ini terlihat pada bangunan pura yang mirip dengan pundan berundak-undak. Kepercayaan pada dewa-dewa gunung, laut, dan lainnya yang berasal dari zaman sebelum masuknya Hindu tetap tercermin dalam kehidupan masyarakat pada zaman setelah masuknya agama Hindu. Pada masa permulaan hingga masa pemerintahan Raja Sri Wijaya Mahadewi tidak diketahui dengan pasti agama yang dianut pada masa itu. Hanya dapat diketahui dari nama-nama biksu yang memakai unsur nama Siwa, sebagai contoh biksu Piwakangsita Siwa, biksu Siwanirmala, dan biksu Siwaprajna. Berdasarkan hal ini, kemungkinan agama yang berkembang pada saat itu adalah agama Siwa. Baru pada masa pemerintahan Raja Udayana dan permaisurinya, ada dua aliran agama besar yang dipeluk oleh penduduk, yaitu agama Siwa dan agama Budha. Keterangan ini diperoleh dari prasasti-prasastinya yang menyebutkan adanya mpungku Sewasogata (Siwa-Buddha) sebagai pembantu raja.

Rabu, 01 Oktober 2008

Sejarah Agama Hindu


Munculnya Peradaban Lembah

n      Dimulai dari tahun 2500-1700 SM.

n      Didirikan oleh bangsa Troya.

n      Meluas dari lembah sungai indus ke lembah sungai Ghaggar-hakra, lembah sungai Gangga, Gujarat, Delhi dan bagian utara Afganistán.

n      Peradaban sungai indus sendiri berpusat di Mohenjo-daro dan Harappa (yang sekarang adalah Pakistan) dan Dholavira.

n      Peradaban ini ada sebelum adanya kitab-kitab agama Hindu (weda)

Peradaban Mohenjodaro dan Harappa

n      Dua kota ini diperkirakan ditempati oleh bangsa Dravida

n      Memiliki tata kota yang cukup sempurna, dimana telah ada sistem irigasi yang bagus, pembangkit listrik dan tempat pusat pemerintahan.

n      Tingkat kepadatan penduduk di masing-masing kota itu pernah mencapai 30 hingga 40 ribu penduduk.

n      Kota ini dibagi menjadi 2 bagian, bagian administratif dan bagian pemerintahan.

n      Bagian pemerintahan: pusat pemerintahan masing-masing kota, terletak terpisah dari pemukiman penduduk.

n      Bagian administratif: daerah pemukiman penduduk, dimana terjadi kegiatan ekonomi disana.

n      Masyarakat pada masa itu sudah mulai mengenal teknologi sederhana, dibuktikan dengan adanya penggunaan kapak, barang-barang dari perunggu, alat pemintal dan penenun wol dan cotton.

n      Mereka juga pernah menjalankan perdagangan antarabangsa dengan bandar Ur di Mesopotamia. [ditemukannya benda-benda dari India di Mesopotamia].

n      Masyarakat pada saat itu sangat mudah berasimilasi atau menerima kebudayaan baru dari luar.

Sistem Kepercayaan Sebelum Invasi Bangsa Arya

n      Masyarakat ini memiliki kepercayaan animisme.

n      Mereka menyembah binatang, terutama lembu yg. dianggap suci dan batu.

n      Penemuan topeng dan patung membuktikan bahwa masyarakat Indus menyembah Dewa Siva(Pashupati) dan Dewi Shakti (Mother Goddess) yang bermuka tiga.

n      Penemuan sebutir batu hitam digelar 'lingga' yang menyerupai Dewa Siva.

n      Mereka tidak membuat kuil, sebaliknya upacara keagamaan akan diadakan di rumah.

n      Mereka menjalankan ritual pemakaman dan pembakaran mayat dijalankan dan abu mayat akan dibuang ke sungai.

n      Hingga tahun 1500 SM, kedatangan Bangsa Arya akan membawa masuk ajaran polytheisme.

Kehancuran Peradaban Mohenjodaro dan Harappa

n      Mulai terjadi penurunan peradaban sekitar tahun 1800 SM.

n      Belum diketahui pasti penyebab penurunan ini, tetapi diperkirakan karena adanya bencana alam dan perubahan iklim.

n      Kedatangan Bangsa Arya ke mohenjodaro dan harappa pada saat terjadi penurunan kebudayaan pada tahun 1500 SM.

Dominasi Bangsa Arya

n      Bangsa Arya adalah bangsa nomaden yang berasal dari Asia tengah.

n      Bangsa Arya memasuki India melalui Celah Khaibar.

n      Pada saat kedatangannya, Bangsa Arya langsung dapat mengambil alih pusat pemerintahan di sekitar sungai indus, yamuna dan sungai gangga.

n      Hal itu terjadi karena sifat alami masyarakat pada saat itu adalah sangat terbuka terhadap kebudayaan luar, mereka dapat dengan mudah menerima budaya baru dan berasimilasi dengannya.

n      Ditambah dengan kemunduran peradaban yang terjadi pada masa itu.

n      Jadilah Bangsa Arya mendirikan peradaban baru di sana.

n      Tidak keterangan yang jelas tentang nasib bangsa-bangsa yang tempatnya di ambil alih oleh Bangsa Arya

  • Ada yang mengatakan mereka berpindah tempat seiring dengan kedatangan Bangsa Arya dan pergeseran aliran-aliran sungai di India.
  • Ada juga yang mengatakan bahwa mereka tidak sama sekali berpindah, mereka malah bekerja sama dengan Bangsa Arya tersebut.
  • Ada juga yang mengatakan bahwa mereka akhirnya tinggal di bukit-bukit di bagian utara India.

Peninggalan Peradaban Mohenjodaro dan Harappa

n      Reruntuhan perkotaan yang tertata sangat teratur dengan sistem irigasi yang nyaris sempurna. Dengan tata kota:

            a. Rumah-rumah dibangun di tepi jalan raya. Semua pintu rumah menghadap ke jalan raya.

            b. Jalan-jalan di kota teratur dan lurus. Lebar jalan 10 meter dan dibuat semacam trotoar sekitar 0,5 meter.

            c. Wilayah kota dibagi menjadi blok-blok berbentuk bujur sangkar atau persegi panjang. Blok-blok terbagi menjadi lorong-lorong yang saling memotong sehingga udara leluasa bertiup.

            d. Adanya saluran air yang mengalir di bawah jalan dan langsung menuju ke sungai.

            e. Kamar-kamar di rumah penduduk dilengkapi jendela yang lebar sehingga sirkulasi udara lancar.

            f. Saluran pembuangan limbah dari kamar mandi dan jamban dihubungkan langsung dengan jaringan saluran umum.

            g. Bangunan yang terdapat di dalam benteng bermacam-macam yaitu; kolam pemandian umum dilengkapi pipa-pipa air, gudang gandum, tempat bermusyawarah dan tempat pemujaan. Selain itu ada tempat peleburan logam dan tempat menenun kain.

n      Tulisan bercorak piktografis

n      Patung-patung yang menunjukkan adanya pemujaan terhadap dewa atau dewi tertentu.

Vedic Period

n      Dimulai sejak kedatangan Bangsa Arya ke India

n      Bangsa Arya lah yang dipercaya sebagai bangsa yang pertama kali membawa kitab suci weda (berisikan lagu-lagu pemujaan kepada dewa-dewi, pengorbanan-pengorbanan untuk dewa-dewi dan ramalan-ramalan masa depan).

n      Pada tahun 800 SM, Bangsa Arya telah dapat mengambil alih pemerintahan di bagian utara India.

n      Pada masa inilah sistem kasta dikenal.

            1. Brahmana (pendeta)

            2. Ksatria (bangsawan)

            3. Waisya (petani dan pedagang)

            4. Sudra (pelayan dan pesuruh)

Isi Kitab Weda

n      Pada masa itu, kitab weda yang merupakan kitab suci agama Hindu berisikan lebih banyak informasi tentang Bangsa Arya.

n      Dewa-dewi utama dalam agama Hindu.

n      Ritual- ritual keagamaan (meliputi ritual kelahiran, pernikahan, kematian).

n      Tradisi-tradisi masyarakat India pada masa itu.

n      Cerita dan literatur-literatur kuno (seperti Mahabrata dan Upanishads).

Cerita Mahabrata

n      Sebuah karya sastra kuno yang konon ditulis oleh Begawan Byasa atau Vyasa dari India.

n      Buku ini terdiri dari delapan belas kitab, maka dinamakan Astadasaparwa (asta = 8, dasa = 10, parwa = kitab).

n      Dikumpulkan semenjak abad ke-4 sebelum Masehi.

n      Kisah konflik para Pandawa lima dengan saudara sepupu mereka sang seratus Korawa, mengenai sengketa hak pemerintahan tanah negara Astina.

n      Puncaknya adalah perang Bharatayuddha di medan Kurusetra dan pertempuran berlangsung selama delapan belas hari.

n      Ditulis dalam bahasa Sansekerta

n      Menceritakan perang, yang dipercaya merupakan perang nuklir, dengan bukti:

n      1. Arkeolog menemukan banyak sekali puing-puing yang telah menjadi batu hangus di atas hulu sungai.

n      2. Batu yang besar-besar pada reruntuhan ini dilekatkan jadi satu, permukaannya menonjol dan cekung tidak merata. Jika ingin melebur bebatuan tersebut, dibutuhkan suhu paling rendah 1.800 C, hanya pada ledakan nuklir baru bisa mencapai suhu yang demikian.

n      3. Di dalam hutan primitif di pedalaman India, orang-orang juga menemukan lebih banyak reruntuhan batu hangus.

n      4. Tembok kota yang runtuh dikristalisasi, licin seperti kaca, lapisan luar perabot rumah tangga yang terbuat dari batuan di dalam bangunan juga telah dikacalisasi.

n      5. Para ahli menemukan bahwa pada puing-puing maupun sisa-sisa tengkorak manusia yang ditemukan di Mohenjodaro mengandung residu radio-aktif yang hanya bisa dihasilkan lewat ledakan Thermonuklir skala besar.

n      6. Dalam sebuah seloka mengenai Mahabrata, diceritakan dengan kiasan sebuah senjata penghancur massal yang akibatnya mirip sekali dengan senjata nuklir masa kini.

Perang di Kurukshetra (Dalam Kisah Mahabrata)

n      Waktu terjadinya perang telah dicoba dihitung dengan menggunakan banyak cara, mulai dari perhitungan bulan, hingga analisa radiokarbon, tetapi masih belum dapat dipastikan waktu terjadinya perang tersebut:

 

            1. Dr. S. Balakrishna menyatakan bahwa perang tersebut terjadi tahun 2559 SM dengan memperhitungkan gerhana bulan.

            2. Prof. I.N. Iyengar memperkirakan perang tersebut terjadi tahun 1478 SM dengan memperhitungkan gerhana dan garis lurus planet Saturnus+Jupiter.

            3. Dr. B.N. Achar menyatakan bahwa perang tersebut terjadi tahun 3067 SM dengan memperhitungkan posisi planet-planet yang dicantumkan dalam Mahabharata.

Perang di Kurukshetra (Dalam Kisah Mahabrata)

n      Dengan perang ini, dapat dibuktikan bahwa pada masa itu, masyarakat sudah mengenal strategi perang yang baik, dengan adanya:

            a. Pembagian divisi militer dan persenjataan.

            b. Formasi militer

            c. Aturan perang, diantaranya:

n      Tidak boleh membunuh atau melukai prajurit yang tidak bersenjata.

n      Tidak boleh membunuh atau melukai prajurit yang dalam keadaan tidak sadar.

n      Tidak boleh membunuh atau melukai seseorang atau binatang yang tidak ikut berperang.

n      Tidak boleh membunuh atau melukai prajurit dari belakang.

Agama Buddha

n      Agama Buddha adalah agama yang benar-benar berasal dari India.

n      Dilambangkan dengan patung Sang Buda yang duduk bersila di atas bunga teratai, bertapa untuk bisa mencapai kesucian.

n      Banyak mengajarkan norma-norma untuk saling mengasihi sesama manusia.

n      Sangat berkembang di masa Dinasti Maurya, walaupun bukan agama kerajaan pada masa itu, AShoka membangun banyak kuil yang memiliki arsitektur yang indah sebagai tempat mengajarkan agama Buda.

n      Lambang dari negara India (berbentuk singa) diambil dari salah satu pilar yang ada pada kuil buatan Ashoka tersebut.

Zaman Kerajaan

n      Mulai pada abad ke-7 SM, banyak daerah-daerah di India yang berkembang dan bersatu, kemudian membentuk banyak kerajaan.

n      Mencakup wilayah dari Afghanistan hingga Bihar.

n      Mulai diajarkan cara-cara menulis pada masyaarakat di kuil-kuil.

n      Pada masa itu, kepercayaan Hindu yang sangat berkembang pada vedic period, sempat berkembang menjadi beberapa agama lain.

n      Kuil-kuil pada masa itu dijadikan sekolah.

n      Terbagi menjadi 2 agama, Buda dan Jainisme.

n      Pusat pemerintahan pada masa itu terletak di bagian timur lembah sungai Gangga (yang sekarang di kenal dengan nama bihar).

n      Kerajaan pertama yang cukup besar bernama Kerajaan Magadha (yang terus bertahan sampai abad ke-4 SM).

Kerajaan Maurya

n      Kerajaan ini berawal pada abad ke-6 SM.

n      Awalnya merupakan kerajaan-kerajaan kecil

n      Kerajaan-kerajaan di India Utara pada masa ini menghadapi ancaman serangan dari orang Yunani.

n      Kemudian bersatu dibawah pimpinan Chandragupta Maurya untuk mengatasi masalah ini setelah berhasil mengalahkan Kerajaan Magadha.

n      Penyatuan ini menghasilkan pembentukkan Kerajaan Maurya yang terbentang dari Teluk Bengal ke Pergunungan Hindu Kush.

n      Ibu kotanya terletak di Pataliputra.

n      Puncak perluasan Kerajaan Maurya tercapai di bawah pimpinan Asoka (273-232 SM) yaitu oleh Maharaja Maurya teragung.

n      Kerajaan ini meliputi hampir seluruh India kecuali bagian selatan yang dipimpin oleh Bangsa Dravida.

n      Kematian Asoka pada tahun 232 SM melemahkan Kerajaan Maurya.

n      Kerajaan kecil mengambil alih pemerintahan dan akhirnya kerajaan ini benar-benar jatuh pada tahun 185 SM.

Kerajaan-Kerajaan Setelah Kerajaan Maurya

n      Sebenarnya, pada tahun 180 SM, Bangsa Yunani sudah mulai menguasai sedikit bagian Barat Laut India.

n      Setelah kehancuran Kerajaan Maurya, mulailah raja yunani, Menander, memperluas kekuasaaanya ke bagian utara India.

n      Terjadi pengambil alihan kekuaasan oleh Kerajaan Sunga, yang merupakan kerajaan terkuat setelah hancurnya Kerajaan Maurya pada 185 SM (pengambilan kekuasaan ini belum dapat mencakup seluruh bagian India).

n      Beribu kota di bagian utara India.

n      Yang kemudian berpindah lagi ke Dinasti Andhra pada tahun 28 SM, setelah berhasil mengalahkan Kerajaan Sunga.

n      Memindahkan ibu kotanya ke bagian selatan India.

Kerajaan-Kerajaan Setelah Kerajaan Maurya

n      Kemudian selama ± 4 abad (hingga abad ke-3 M) ada beberapa pembagian kekuasaan di India.

            a. Bagian selatan dan tengah dikuasai oleh Dinasti Andhra.

            b. Bagian tenggara dikuasai oleh Maha-Meghavahanas.

            c. Bagian barat daya dan sedikit bagian selatan dikuasai oleh Chola dan Pandya.

n      Pemegang kekuasaan terluas terakhir  adalah Kushanas yang berasal dari Asia Tengah.

n      Kerajaannya meluas dari Afhanistan hingga bagian timur Uttar Pradesh, termasuk di dalamnya Gujarat dan India bagian tengah.

n      Dia pun turut mengembangkan ajaran Buddha di India.

n      Dia dikenal sebagai 1 dari 4 orang dalam agama Buddha yang mengembangkan ajaran Buddha Mahayana.

n      Pada masanya, Buddha menyebar hingga Asia tengah, Asia Tenggara dan China.

n      Pada masanya pula, barang-barang seni India (terutama patung Buddha) meluas ke berbagai tempat.

Peninggalan Kebudayaan India Kuno

n      Kepercayaan:

            1. Hindu

            2. Buddha

            3. Jainisme

n      Sastra :

            1. Cerita Mahabrata yang sangat terkenal bahkan dianggap suci oleh penganut ajaran Hindu.

            2. Cerita Ramayana.

Peninggalan Kebudayaan India Kuno

n      a. Seni arsitektural, dengan ciri-ciri yang menonjol:

            1. Bangunannya memiliki skala yang besar.

            2. Dapat dikatakan bersifat gigantik.

            3. Menggunakan corak dan hiasan yang bersifat sangat mendetail dengan gambar hewan, tumbuhan, manusia atau monster yang memiliki makna-makna khusus.

            4. Bangunan yangdibuat memiliki kubah yang bertingkat.

            5. Biasanya bangunan menggunakan material yang berasal dari batu corbelet.