Image Hosted by ImageShack.us

Iklan

Image Hosted by ImageShack.us

Selasa, 13 Mei 2008

Wejangan Kresna


Krishna:Apa yang kusampaikan kepadamu bukanlah hal baru;sudah berulang kali kusampaikan di masa lalu.


Arjuna:Apa maksudmu dengan masa lalu? Kapan?


Krishna:Dari masa ke masa, di setiap masa.Sesungguhnya kita semua telah berulang kali lahir dan mati,aku mengingat setiap kelahiran dan kematian.Kau tidak, itu saja bedanya.
Setiap kali keseimbangan alam terkacaukan,dan ketakseimbangan mengancam keselarasan alam,maka “Aku” menjelma dari masa ke masa,untuk mengembalikan keseimbangan alam.
“Aku” ini bersemayam pula di dalam dirimu,bahkan di dalam diri setiap makhluk hidup,segala sesuatu yang bergerak maupun tak bergerak.Menemukan “Sang Aku” ini merupakan pencapaian tertinggi.
Dengan menemukan jati diri, Sang Aku Sejati,segala apa yang kau butuhkan akan kauperoleh dengan sangat mudah.Berkaryalah dan Keberadaan akan membantumu.
Sesuai dengan sifat dasar masing-masing,Manusia dibagi dalam 4 golongan utama.Walau pembagian seperti itu,Tidak pernah mempengaruhi Sang Jiwa Agung.
Para Pemikir bekerja dengan berbagai pikiran mereka.Para Satria membela negara dan bangsa.Para Pengusaha melayani masyarakat dengan berbagai cara.Para Pekerja melaksanakan setiap tugas dengan baik.
Berada dalam kelompok manapun,bekerjalah selalu sesuai kesadaranmu.Jangan memikirkan keberhasilan maupun kegagalan.Terima semuanya dengan penuh ketenangan.
Bila kau bekerja sesuai dengan kodratmu,tidak untuk memenuhi keinginan serta harapan tertentu,maka walau berkarya sesungguhnya kau melakukan persembahan.Dan, kau terbebaskan dari hukum sebab akibat.
Tuhan yang kau sembah, juga adalah Persembahan itu sendiri.Dalam diri seorang penyembahpun, Ia bersemayam.Berkaryalah dengan kesadaran ini,dan senantiaasa merasakan kehadiran-Nya.
Banyak sekali cara persembahan -Ada yang menghaturkan sesajen dalam berbagai bentuk.Ada pula yang menghaturkan kesadaran hewani pada“Sang Aku” - sejati yang bersemayam di dalam diri.
Bila kau mempersembahkan kenikmatan dunia pada pancaindera,maka kau menjadi penyembah pancaindera.Bila kau mengendalikan pancaindera,maka kau menyembah Kesadaran Murni di dalam diri.
Ada yang mempersembahkan harta, ada yang bertapa,Ada yang berkorban, ada yang menjauhkan diri dari dunia,Ada yang sibuk mempelajari kitab suci, ada yang berpuasa.Apapun yang kau lakukan, lakukanlah dengan kesadaran!
Lakoni hidupmu seolah kau sedang melakukan persembahan.Berkarya dengan penuh kesadaran, itulah Pengabdian.Cara-cara lain hanya bersifat luaran.
Terlebih dahulu, raihlah kesadaran diri.Bila kau tidak mengetahui caranya,Belajarlah dari mereka yang telah sadar.Untuk itu hendaknya kau berendah hati.
Orang yang sadar tidak pernah bingung.Pandangannya meluas, penglihatannya menjernih,ia yakin dengan apa yang dilakukannya,Sehingga meraih kedamaian yang tak terhingga nilainya.


Arjuna:Bila Pengendalian Diri dan Penemuan Jati Dirimerupakan tujuan hidup,maka untuk apa melibatkan diri dengan dunia?Aku sungguh tambah bingung.


Krishna:Pengendalian Diri dan Penemuan Jati Dirimemang merupakan tujuan tertinggi.Namun, kau harus berkarya untuk mencapainya.Dan, berkarya sesuai dengan kodratmu.
Bila kau seorang Pemikir,kau dapat menggapai Kesempurnaan Diridengan cara mengasahkesadaranmu saja.
Bila kau seorang Pekerja,kau harus menggapainya lewat Karya Nyata,dengan menunaikan kewajibanmu,serta melaksanakan tugasmu.
Dan, kau seorang Pekerja,kau hanya dapat mencapai Kesempurnaan Hiduplewat Kerja Nyata.Itulah sifat-dasarmu, kodratmu.
Sesungguhnya tak seorang pun dapatmenghindari perkerjaan.Seorang Pemikir pun sesungguhnya bekerja.Pengendalian Pikiran – itulah pekerjaannya.
Bila pikiran masih melayang ke segala arah,apa gunanya duduk diam dan menipu diri?Lebih baik berkarya dengan pikiran terkendali.Bekerjalah tanpa pamrih!
Hukum Sebab Akibat menentukan hasilperbuatan setiap makhluk hidup.Tak seorang pun luput darinya,kecuali ia berkarya dengan semangat menyembah.
Alam Semesta tercipta “dalam”semangat Persembahan.Dan, “lewat” Persembahan pulasegala kebutuhan manusia terpenuhi.
Bila kau menjaga kelestarian lingkungan,lingkungan pun pasti menjaga kelestarianmu.Raihlah kebahagiaan tak terhingga dengansaling “menyembah” – membantu dan melindungi.
Bila kau hanya berkarya demi kepentingan pribadi,tak pernah berbagi dan tak peduliterhadap alam yang senantiasa memberi;maka seseungguhnya kau seorang maling.
Berkaryalah dengan semangat “menyembah”.Persembahkan hasil pekerjaanmu pada Yang Maha Kuasa.Dan, nikmati segala apa yang kau perolehdari-Nya sebagai Tanda Kasih-Nya!
Apa yang kau makan, menentukan kesehatan dirimu.Dan, makanan berasal dari alam sekitarmu.Bila kau menjaga kelestarian alam,kesehatanmu pun akan terjaga – inilah Kesadaran.
Waspadai setiap tindakanmu.Bertindaklah dengan penuh kesadaran.Inilah Persembahan,yang dapat mengantarmu pada Kepuasan Diri.
Bila kau puas dengan diri sendiri,dan tidak lagi mencari kepuasaandari sesuatu di luar diri,maka kau akan berkarya tanpa pamrih.
Sesungguhnya seorang Pekerja tanpa Pamrihsudah tak terbelenggu oleh dunia.Jiwanya bebas, namun ia tetap bekerja,supaya orang laind apat mencontohinya.
Sesungguhnya tak ada sesuatu yang harus “Ku”-lakukan.Namun, “Aku” tetap bekerja demi Keselarasan Alam.Bila “Aku” berhenti bekerja, banyak yang akan mencontohi tindakan-“Ku”,dan “Aku” akan menjadi sebab bagi kacaunya tatanan masyarakat.
Ketahuilah bahwa segala sesuatu terjadi atas Kehendak-Nya.Tak seorang pun dapat menghindari pekerjaan,kau akan didorong untuk menunaikan kewajibanmu.Maka, janganlah berkeras kepala – bekerjalah!
Terpicu oleh hal-hal di luar,panca-indera pun bekerja sesuai dengan kodrat mereka.Janganlah kau terlibat dalam permainan itu.Jadilah saksi, kau bukan panca-indera.
Berkat pengendalian diri bila inderamutak terpicu lagi oleh hal-hal luaran,hendaknya kau tidak membingungkan merekayang belum dapat melakukan hal itu.Biarlah mereka menghindaripemicu di luar untuk mengendalikan diri.
Berkayalah demi “Aku” dengankesadaranmu terpusatkan pada-”Ku”,bebas dari harapan dan ketamakan -itulah Persembahan, Pengabdian.
Para bijak berkarya sesuai dengan sifat mereka,kodrat serta kemampuan mereka.Demikian mereka terbebaskan dari rasa gelisah,dan mencapai kesempurnaan hidup.
Berkaryalah sesuai dengan kemampuan serta kewajibanmu.Janganlah engkau sekadar ikut-ikutan memilihsuatu pekerjaan yang tidak sesuai dengan sifat dasarmu,tidak sesuai dengan kemampuanmu.


Arjuna:Aku memahami semua itu,namun kadang tetap saja terpicuuntuk melakukan sesuatu yang tidak tepat.Bagaimana mengatasi hal itu?


Krishna:Ketahuilah terlebih dahulu penyebabnya -yaitu “keinginan”, “ketamakan” dansifat dasar manusia yang membuatnya bekerja.Manusia tak dapat berhenti bekerja.
Bila ia tidak bekerja tanpa pamrih,Ia akan bekerja untuk memenuhi keinginannya.Ketamakan melenyapkan kesadaran manusia,akhirnya ia binasa terbakar oleh api nafsunya sendiri
Kunci keberhasilan manusia terletak pada pengedalian diri.Bila terkendali oleh pancaindera kau pasti binasa.Ketahuilah bahwa panca indera mengendalikan raga,namun pikiran menguasai pancaindera.
Di atas pikiran adalah intelek,kemampuanmu untuk membedakan tindakanyang tepat dari yang tidak tepat – itulah Kesadaran.Bertindakalah sesuai dengan kesadaranmu.
Dengan pengendalian diri dan bekerja sesuai dengan kesadaran,segala keinginan dan ketamakan dapat kau lampaui.Kemudian setiap pekerjaan menjadi persembahanpada “Sang Aku” yang bersemayam dalam diri setiap makhluk.


Krishna:Kau tidak berperang untuk memperebutkan kekuasaan;kau berperang demi keadilan, untuk menegakkan Kebajikan.Janganlah kau melemah di saat yang menentukan ini.Bangkitlah demi bangsa, negeri, dan Ibu Pertiwi.


Arjuna:Dan, untuk itu aku harus memerangi keluarga sendiri?Krishna, aku bingung, tunjukkan jalan kepadaku.


Krishna:Kau berbicara seperti seorang bijak,namun menangisi sesuatu yang tak patut kau tangisi.Seorang bijak sadar bahwa kelahiran dan kematian,dua-duanya tak langgeng.
Jiwa yang bersemayam dalam diri setiap insan,sungguhnya tak pernah lahir dan tak pernah mati.Badan yang mengalami kelahiran dan kematianibarat baju yang dapat kau tanggalkan sewaktu-waktudan menggantinya dengan yang baru.Perubahan adalah Hukum Alam – tak patut kau tangisi.
Suka dan duka hanyalah perasaan sesaat,disebabkan oleh panca-inderamu sendiriketika berhubungan dengan hal-hal di luar diri.Lampauilah perasaan yang tak langgeng itu.
Temukan Kebenaran Mutlakdi balik segala pengalaman dan perasaan.Kebenaran Abadi, Langgengdan Tak Termusnahkan.
Segala yang lain diluar-Nyasesungguhnya tak ada – tak perlu kau risaukan.
Temukan Kebenaran Abadi Itu,Dia Yang Tak Terbunuh dan Tak Membunuh.Dia Yang Tak Pernah Lahir dan Tak pernah Mati.Dia Yang Melampaui Segala dan Selalu Ada.
Kau akan menyatu dengan-Nya,bila kau menemukan-Nya.Karena, sesungguhnya Ialah yang bersemayamdi dalam dirimu, diriku, diri setiap insan.
Maka, saat itu pula kau akan terbebaskandari suka, duka, rasa gelisah dan bersalah.
Kebenaran Abadi Yang Meliputi Alam Semesta,tak terbunuh oleh senjata seampuh apapun jua.Tak terbakar oleh api, tak terlarutkan oleh air,dan tidak menjadi kering karena angin.
Sementara itu, wujud-wujud yang terlihat olehmumuncul dan lenyap secara bergantian.“Keberadaan” muncul dari “Ketiadaan”dan lenyap kembali dalam “Ketiadaan”.
Jiwa tak berubah dan tak pernah mati;hanyalah badan yang terus-menerusmengalami kelahiran dan kematian.Apa yang harus kau tangisi?
Badanmu lahir dalam keluarga para Satria,ia memiliki tugas untuk membela negara dan bangsa.Bila kau melarikan diri dari tanggungjawabmu,kelak sejarah akan menyebutmu pengecut.
Bila kau gugur di medan perang,kau akan mati syuhda, namamu tercatat sebagai pahlawan.Dan, bila kau menang, rakyat ikut merayakanmenangnya Kebajikan atas kebatilan
Sesungguhnya kau tak perlu memikirkankemenangan dan kekalahan.Lakukan tugasmu dengan baik.Berkaryalah demi kewajibanmu.
Janganlah membiarkan pikiranmu bercabang,bulatkan tekadmu, dan denganketeguhan hati, tentukan sendirijalan apa yang terbaik bagi dirimu.
Berkaryalah demi tugas dan kewajiban,bukan demi surga, apa lagi kenikmatan dunia.Janganlah kau merisaukan hasil akhir,tak perlu memikirkan kemenangan maupun kegagalan.
Dengan jiwa seimbang,dan tak terikat pada pengalamansuka maupun duka,berkaryalah dengan penuh semangat!
Bebaskan pikiranmu dari pengaruh luar;dari pendapat orang tentang dirimu,dan apa yang kau lakukan.Ikuti suara hatimu, nuranimu.


Arjuna:Bagaimana Krishna,bagaimana mendengarkan suara hati?


Krishna:Bebas dari segala macam keinginan dan pengaruh pikiran,kau akan mendengarkan dengan jelas suara hatimu – itulah Pencerahan!
Saat itu, kau tak tergoyahkan lagi oleh pengalaman duka,dan tidak pula mengejar pengalaman suka.Rasa cemas dan amarah pun terlampaui seketika.


Krishna:Ia yang tercerahkan tidak menjadi girang karena memperoleh sesuatu;tidak pula kecewa bila tidak memperolehnya.Dirinya selalu puas, dalam segala keadaan.
Pengendalian Diri yang sampurnamembuatnya tidak terpengaruh oleh pemicu-pemicu di luar.Ia senantiasa sadar akan Jati-Dirinya.


Krishna:Keterlibatan panca-indera denganpemicu-pemicu di luarmenimbulkan kerinduan,kemudian muncul keinginan.
Dan, bila keinginan tak terpenuhi,timbul rasa kecewa, amarah.Manusia tak mampu lagi membedakantindakan yang tepat dari yang tidak tepat.


Krishna:Seorang bijak yang tercerahkanterkendali panca-inderanya,maka ia dapat hidup di tengah keramaian dunia,dan tak terpicu oleh hal-hal diluar diri.
Demikian dengan keseimbangan diri,ia menggapai kesadaran yang lebih tinggi.Jiwanya damai, dan ia punmemperoleh Kebahagiaan Kekal Sejati.


Krishna:Pengendalian Diri menjernihkan pandangan manusia,ia menggapai kesempunaan hidup.Saat ajal tiba, tak ada lagi kekhawatiran baginya,ia menyatu kembali dengan Yang Maha Kuasa.

Batari Durga


Batari Durga pada mulanya bernama Dewi Pramoni. Ia sangat cantik jelita sehingga mabuk asmara dengan Batara Guru, karena dengan bermodal paras rupawan itu, Batara Guru akan jatuh cintan kepadanya. Suatu hari ia pergi bertapa mengingin kan mejnadi istri Batara Guru. Keinginan terkabul, tetapi hanya dalam lahirnya saja yaang terlaksana, sebab pada kakekatnya, jiwa Dewi Pramoni tidak dapat terwujud dalam kenyataan. Segala sesuatu telaha da kodrat kepastiannya yang gaib. Jasmaninya yang cantik menjadi permaisuri Batara Guru, sedangkan jiwanya harus menjelma kepada jasmani Dewi Umayi yang telah berubah menjadi raseksi. Sehingga antara Dewi Umayi dan Dewi pramoni saling bertukar raga. Jiwa Pramoni masuk ke dalam raga Umayi yang berujud raseksi,s ebaliknya jiwa Umayi menempati raga Dewi Pramoni yang cantik jelita.Dewi Umayi sebenarnya adalah putri hartawan dari negeri Merut yang dipersembahkan kpada batara Guru. Setelah berputera lima orang, suatu senja Batara Guru dan Dewi Umayi berpesiar dengan menaiki lembu Andini. Dalam tamasya terbang di angkasa, Sanghyang Guru timbul hasrat asmaranya ingin bersengama di atas punggu lembu Andini, tetapi Dewi Umayi menolak demi menjaga kehormatannya selaku ratu dari sekian bidadari di kahyangan. Penolakan Dewi Umayi semata-mata ingin menjaga kewibaan Batara Guru agar tidak melakukan hasrat asmaranya di sembarang tempat. Karena Batara Guru mekasa, maka Dewi Umayi menyabda bahwa hasrat suaminya itu melebihi hasratnya raksasa, seketika itu juga Batara Guru memiliki taring dan bergelar Sanghyang Randuwanda.Karena besarnya hawa nafsu rahsa Sanghyang Randuwanda, Dewi Umayi menghindar sehingga kama (sperma) meloncat jatuh ke dalam samodera, yang akhirnya beruah menjadi bola api raksasa, semakin lama bola api kejadiaan dari kama salah sasaran itu menjadi raksasa. Kelak bayir aksasa tersebut menimbulkan kegoncangan dan para dewa tak mampu menghadapinya. Oleh Sanghyang Guru, raksasa sakti tadi diberi nama Batara Kala.Dalam pengembaraannya di atas punggung lembu Andini, Batara guru tertararik dengan seorang wanita bernama Dewi Lokati, karena ia merasa dicampakkan oleh istriya. Batara Guru mendekati Dewi Lokati, namaun putri berparas jelita itu telah menjelma ke dalam butiran padi. Oleh Sanghyang Guru, butiran padi dipetik dan diserahkan kepada raja Purwacarita Prabu Sri maha Punggung atau Prabu Makukuhan agar ditanam.Benih padi yang ditanam raja Makukuhan telah berbuah. Sanghyang Guru kembali timbul asmaranya ingin menyantap padi jelmaan Dewi Lokawati, sehinga raja tribuwana tersebut beralih rupa menjadi seekor burung pipit putih dan terbang ke negeri Purwacarita. Melihat suaminya beralih rupa menjadi urung pipit, Dewi Umayi mngajak para bidadari seketi (1000,000) kurang satu uuntuk menyusup ke dalam tanaman padi. Para bidadari tadi beralih rupa menjadi rumput kejawan yang buahnya mirip dengan buah padi.Pada saat padi mulai menguning, buah rumput kejawan itupun telah mulai tua buahny. Buah rumpuh kejawan menutupi buat padi yang siap dipanen. Burung pipit meanjadi marah setiap hendak mematuk buah padi selalu dihangangi oleh buah rumput kejawaan, Akhirnya buah rumput itupun dipatuk dan digigitnya kaut-kuat, maka keduanya berubah menjadi Batara Guru dan Batari Umayi. Pada saat yang bersamaan datanglah Batara Kala yang selalu memeperhatikan Dewi Umayi. Batara Guru menjadi cemburu, dan Dewi Umayi menjadi pelampiasan amarahnya. "Kalau kau jatuh cinta dengan Batara Kala, jadilah raseksi saja." sabda Sanghyang Guru. Dewi Umayi seketika itu juga berubah menjadi raseksi yang menyeramkan.Suatu hari Batara Guru melihat wanita cantik yang tidak lain adalah Dewi Parwati, putri hartawan Umaran yang tercipta dari buah ranti. Perempuan yang cantik dan juga bernama Dewi Pramoni tadi diambil istri oleh batara Guru, tetapi hanya raganya saja. Jiwa Parwati dipindahkan ke dalam raga raseksi kejadian dari Dewi Umayi, sebaliknya jiwa Umayi diambil dan ditempatkan ke dalam tubuh Pramoni.Raseksi jelmaan Dewi Pramoni itu kemudian ditempatkan di hutan Setaganda mayit dan dijodohkand engan Batara Kala. Dia mendapat tugas merajai para gandarwa, setan dan makhluk halus yang jahat lainnya. Pada waktu itu pula Dewi Pramoni bergelar Batari Durga. Sedangkan perkawinannya dengan Batara Kala, Batari Pramoni menurunkan kala Yawana, Kala Durgangsa, Jaramaya, Ranumaya dan masih banyak lagi putra-putra yang lain.Watak Batari Durga sangat jahat karena ia mengemban tugas menggoda orang yang baik budi. Dalam pewayangan, bentuk atau wanda Batari Durga ini dinamakan wanda Rangkung. Sedangkan dalam cerita Sudamala, Batari Durga berhasil diruwat oleh Raden Sadewa, bungsu Pandawa. Ia kembali menjadi bidadari yang cantik dan pulang ke Tinjomaya, tempat bersemayamnya para bidadari kahyangan.(versi balai pustaka)xxxDurga atau Durgā (Dewanagari दुर्गा) adalah sakti (=istri) Siwa. Dalam agama Hindu, Dewi Durga adalah ibu dari Dewa Ganesa dan Dewa Kumara (Kartikeya). Beliau kadangkala disebut Uma atau Parwati. Dewi Durga biasanya digambarkan sebagai seorang wanita cantik berkulit kuning yang mengendarai seekor harimau. Beliau memiliki banyak tangan dan memegang banyak tangan dengan posisi mudra, gerak tangan yang sakral yang biasanya dilakukan oleh para pendeta Hindu. Di Nusantara, Dewi ini cukup dikenal pula. Candi Prambanan di Jawa Tengah, misalkan juga dipersembahkan kepada Dewi ini. Dalam bahasa Sansekerta, durga berarti "yang tidak bisa dimasuki" atau "terpencil".(versi wikipedia)xxxnotes:Gedeng Permoni dalam versi pedalangan sunda Dewi Permoni katanya mantan istri Arjuna yang kemudian bertukar tubuh sama Dewi Uma yang jadi raksasi karena tidak puas punya suami manusia biasa kayak Arjuna tetapi pingin punya suami Dewa. Oleh Batara Guru kemudian Dewi Permoni dijodohin ke Batara Kala yg sama-sama berwujud raksasa. Konon setelah itu Dewi Permoni sering menyesali keputusannya bertukar tubuh & meninggalkan Arjuna sehingga kemudian sering membuat onar karena kepengen balik ke Arjuna.

Nilai Anak dalam Keluarga

SANG Hyang Candra trenggana pinaka dipa memadangi ri kalaning wengi, Sang Hyang Surya sedeng prebase pinake dipa memadangi ri bhumi mandala, Widya sastra sudharma dipanikanang tri bhuwana sumena prabaswara, Yan ring putera, suputera sadhu gunawan memadangi kula wandhu wandhana. Artinya: Bulan dan bintang sebagai pelita yang menerangi di malam hari, matahari yang sedang terbit sebagai pelita menerangi bhumi, ilmu pengetahuan dan sastra, sebagai pelita menerangi dunia secara sempurna. Di kalangan putera, putera utama (suputera) sebagai pelita menerangi seluruh keluarga. Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga dan anak umumnya menjadi topik pembicaraan yang hangat apabila dua orang sahabat lama baru berjumpa. Jarang sekali dalam perjumpaan semacam itu antara dua orang sahabat membincangkan soal harta kekayaan, berapa punya mobil, berapa hektar punya tanah dan sebagainya. Mereka saling bertukar pengalaman membesarkan anak, cara menanamkan nilai-nilai agama, moral dan etika, menceritakan prestasi dan keunggulan anak mereka masing-masing. Hal tersebut membuktikan bahwa anak mempunyai nilai yang sangat amat penting dalam kehidupan seseorang atau suatu keluarga, melebihi nilai harta kekayaan. Nilai anak bagi orang tua dalam kehidupan sehari-hari dapat diketahui dari kenyataan bahwa anak menjadi tempat bersandar orang tua untuk mencurahkan cinta kasih yang tulus dan murni dan sebagai sumber kebahagiaan keluarga. Menurut ajaran agama Hindu, perkawinan bertujuan untuk memperoleh putera, terutama putera yang suputera (anak yang utama dan yang baik) untuk menyambung keturunannya. Nilai anak dalam tulisan ini dimaksudkan adalah peranan yang dimainkan oleh anak dalam kehidupan orang tua, saat orang tua masih hidup maupun setelah orang tua meninggal. Anak bagi orang tua yang masih hidup mempunyai peranan yang sangat strategis dari segi religius, sosial, ekonomi dan psikologis. Segi religius mengandung pengertian sebagai kewajiban membayar hutang kepada orang tua, karena dengan mempunyai anak, barulah segala macam kesulitan dan penderitaan yang pernah dialami orang tua dapat dirasakan. Segi sosial, anak terutama anak laki-laki yang sudah dewasa dapat menggantikan orang tuanya yang sudah lanjut usia untuk memenuhi kewajiban-kewajiban pada organisasi sosial keagamaan di masyarakat. Segi ekonomi, suami sebagai kepala keluarga bertanggung jawab untuk menghasilkan barang dan jasa yang akan dikonsumsi bersama. Kegiatan ini seringkali dibantu oleh istri dan anak-anak. Segi spikologis, disaat orang tua seharian bekerja tentu sangat melelahkan, namun rasa lelah itu akan terhapus dengan kehadiran anak yang sehat, lucu dan ceria. Dalam kitab Adiparwa diceritakan bahwa setelah mempunyai cuculah seseorang baru mencapai tujuan hidupnya, seperti diceritakan pertemuan si Jaratkaru dengan arwah leluhurnya yang hampir jatuh ke neraka. Pada pertemuan itu, arwah leluhurnya berkata: "Beginilah akibatknya mengapa saya putus hubungan dengan dunia atman, kini tergantung pada sebilah bambu, hampir jatuh ke neraka. Adanya sebilah bambu ini karena saya sebenarnya mempunyai seorang keturunan, Jaratkaru namanya, tetapi ia berkeinginan untuk tidak kawin (sukla brahmacari). Jaratkaru menjawab: "Ada jalan bagi tuan pergi ke sorga. Janganlah ragu dan takut, hamba akan berhenti menjalankan sukla brahmacari, hamba akan kawin dan memperoleh anak." Bila dikaji secara lebih mendalam seseorang yang telah mencapai tujuan hidupnya bukan semata-mata sudah memiliki keturunan (anak atau cucu), melainkan dalam konsep ajaran Suputra, seorang anak diharapkan mampu berpikir, berkata dan berbuat yang dapat membuat orang tua / keluarga bahagia lahir batin (gumawe sukanikang wwang atuha), baik orang tua yang masih hidup maupun orang tua yang sudah meninggal, sebagaimana yang diamanatkan "Di kalangan putera, putera utama (suputera) sebagai pelita menerangi seluruh keluarga

Jumat, 09 Mei 2008

Agama Hindu

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia.
Agama Hindu (
Bahasa Sanskerta: Sanātana Dharma सनातन धर्म "Kebenaran Abadi"), dan Vaidika-Dharma ("Pengetahuan Kebenaran") adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini. Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat sebanyak hampir 1 milyar jiwa.
Penganut agama Hindu sebagian besar terdapat di anak benua India. Di sini terdapat sekitar 90% penganut agama ini. Agama ini pernah tersebar di Asia Tenggara sampai kira-kira abad ke-15, lebih tepatnya pada masa keruntuhan Majapahit. Mulai saat itu agama ini digantikan oleh agama Islam dan juga Kristen. Pada masa sekarang, mayoritas pemeluk agama Hindu di Indonesia adalah masyarakat Bali, selain itu juga yang tersebar di pulau Jawa,Lombok, Kalimantan (Suku Dayak Kaharingan), Sulawesi (Toraja dan Bugis - Sidrap).
Etimologi
Dalam
bahasa PeResia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu (Bahasa Sanskerta).Dalam Regweda, bangsa Arya menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu (wilayah dengan tujuh sungai di barat daya anak benua India, yang salah satu sungai tersebut bernama sungai Indus). Hal ini mendekati dengan kata Hapta-Hendu yang termuat dalam Zend Avesta (Vendidad: Fargard 1.18) — sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran. Pada awalnya kata Hindu merujuk pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Sindhu.

Keyakinan dalam Hindu
Hindu seringkali dianggap sebagai
agama yang beraliran politeisme karena memuja banyak Dewa, namun tidaklah sepenuhnya demikian. Dalam agama Hindu, Dewa bukanlah Tuhan tersendiri. Menurut umat Hindu, Tuhan itu Maha Esa tiada duanya. Dalam salah satu ajaran filsafat Hindu, Adwaita Wedanta menegaskan bahwa hanya ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman), yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam bentuk.
Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan
Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut, yakni:
Widhi Tattwa – percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya
Atma Tattwa – percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk
Karmaphala Tattwa – percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap perbuatan
Punarbhawa Tattwa – percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi)
Moksa Tattwa – percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia

Kamis, 08 Mei 2008

Hukum Alam Tak Akan Pernah Berhenti

Yato va imani bhutani jayante. Yena jatani jivanti. Yatprasanty abhisam visanti. Tad vijinasasva, tad brahmeti ( Taittriya Upanisad III. 1)Artinya : Dari mana semua yang ada ini lahir. Dengan apa yang lahir ini hidup, kemana mereka masuk ketika kembali, ketahuilah, bahwa itu Tuhan.
Atas semua itu, Tuhan mempunyai hukum tersendiri di luar kuasa hukum manusia, itulah hukum alam. Hukum ini di dalam Weda disebut Rta. Hukum alam tidak mampu ditentang manusia, sebab hukum ini sifatnya abadi dan berlaku universal.Bila manusia berhadapan dengan hukum alam, maka manusia hanya dapat bertahan, tetapi tidak kuasa melawannya. Hal itu disebabkan kemampuan manusia sangat terbatas untuk bertahan terhadap hukum alam, dan pertahanannya bersifat sementara. Apabila tenaga manusia telah habis, maka kembali manusia di bawah kuasa hukum ini. Siapakah yang kuasa atas hukum alam ini, jawabannya hanya satu yaitu Tuhan. Karena kekuasaan Tuhan atas hukum alam inilah Tuhan disebutkan sebagai Rtawan. Jadi, semua kehendak Tuhan, manusia dan seluruh alam ini tidak mampu membantahnya. Bila manusia lapar, manusia hanya bisa menahan lapar, tetapi tidak kuasa menghilangkan lapar tanpa makan. Untuk serasi dengan hukum alam, maka manusia harus makan yang patut dimakan. Jika manusia tidak makan, maka ia kena hukum lapar sehingga jatuh sakit. Lapar itu hukum alam yang tidak kuasa dibantah. Bagaimana pun hebatnya manusia itu, apakah ia seorang sakti mandraguna, berkuasa, berwibawa semuanya tunduk dengan hukum lapar itu. Tidak pernah disaksikan seorang manusia yang sakti, seorang, manusia sebagai pemimpin yang berkuasa atas semua benua, dia tidak pernah lapar dan tidak makan. Demikian juga dengan hukum alam yang disebut Tsunami itu. Manusia tidak kuasa melawannya. Jika Tuhan menghendaki terjadinya Tsunami dan menerjang kampung, kota, bangunan dengan segala isinya, maka tidak ada kekuatan manusia yang mampu manandingi ganasnya gelombang pasang dahsyat menerpa alam.Manusia harus sadar bahwa Tuhan sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur alam ini selalu berjalan tanpa pernah berhenti. Di dalam konsep Bhagawagita, Tuhan tidak pernah berhenti berkerja dan tidak pernah akan berhenti. Sedetik saja Tuhan berhenti berkerja, maka alam raya ini akan hancur lebur, termasuk melebur alam ini dengan bencana alam.Hukum alam telah mengatur semua alam ini di bawah kuasa Tuhan. Tuhan di dalam Mandukya Upanisad I.7. diibaratkan seperti laba-laba yang mengeluarkan dan menarik benangnya (yathorna nabhih srjate ghaanate ca). Demikianlah alam ini ini muncul dan kembali ke asalnya ( sangkan Paraning dumadi ). Beliaulah asal semua yang ada ini dan kepada-Nya-lah semua ini kembali.Bencana alam seperti Tsunami adalah proses Tuhan mengembalikan ( melebur ) alam ke asalnya, sebab di dunia ini semuanya dibatasi oleh waktu yang ditentukan Tuhan. Di dunia ini semua ciptaan Tuhan melalui proses Trikona (utpati, stiti, dan pralina ). Lalu apakah yang harus dilakukan manusia ketika terjadi proses ini, apakah hanya pasrah? Kepasrahan saja tidak menyelesaikan masalah, namun yang harus dilakukan manusia harus ‘mulat sarira’ bahwa kematian itu tidak ada yang bisa menebaknya dan di dunia ini yang selalu dipupuk adalah perbuatan baik (subha karma ) yang membawa keharmonisan bagi diri sendiri dan juga orang lain. Melalui perbuatan itulah manusia yang selamat dari amukan bencana, harus tergerak hatinya untuk membantu saudara-saudaranya yang menjadi korban keganasan alam itu. Tsunami bukanlah hukuman Tuhan, tetapi Tsunami adalah proses alam semesta yang digerakan oleh hukum alam.Maka, manusia yang dahulunya telah menanamkan karma baik sebelum mengalami kematian, niscaya akan membuahkan karma yang baik. Bagaimana halnya dengan manusia yang lebih dahulu meninggal dan belum sempat berbuat baik? Itulah yang patut dipikirkan oleh manusia yang masih hidup agar tidak menteladaninya. Dalam konsep Hindu hidup ini hanyalah sementara saja ( kadi kedeping kilat ), bagai kilatan petir hanya sebentar. Sangat sayang apabila tidak dipergunakan untuk memperbaiki hidup. Termasuk membantu sesama, seperti jalan yang diamanatkan dalam kitab suci Weda sebagai jalan mulia dilandasi Dharma (anresangsya muktianing Dharma). Dengan peduli dan mendahulukan kepentingan kemanusiaan, manusia telah menanam buah karma yang baik dan akan dipetik oleh si penanam itu sesuai dengan kadar ketulusan atau keiklasannya saat memberikan bantuan.Semoga semua atma mereka yang meninggal akibat bencana alam diterima di haribaan Tuhan sesuai dengan karmanya masing-masing.OM Swargantu, moksantu, sunyantu, murcantu ya namah swaha. N Ketua PHDI Bali Made Sudiana